Rabu, 15 Mei 2013

Kurangnya penghargaan terhadap karya anak bangsa



Pemuda-pemudi Indonesia adalah merupakan orang-orang pintar dan inovativ di bidangnya  masing-masing dan dunia  internasional mengakui hal tersebut.Beberapa contonya adalah bapak presiden kita B.J habibie yang merupakan lulusan Technische Hochschule Die Facultaet Fue Maschinenwesen, Aachen, Jerman. Dimana ian menemukan bagaimana rambatan titik krack itu bekerja. Perhitungannya sungguh rinci, sampai pada hitungan atomnya. Oleh dunia penerbangan, teori Habibie ini lantas dinamakan krack progression. Dari sinilah Habibie mendapat julukan sebagai Mr. krack.Dan beberapa bulan terakhir ini dunia otomotif  Indonesia geger dengan penemuan mobil listrik “Ferrari” Tucuxi, Danet Suryatama,Yang merupakan jebolan ITS yang meraih gelar doktor di Michigan, Amerika Serikat.Tapi sayangnya karya tersebut di plagiat tanpa seizinnya.
    Dari kedua contoh diatas kita dapat mengetahui bahwa karya anak bangsa Indonesia sangat di hargai dan sangat inovative.Tetapi pertayaan saya mengapa karya anak bangsa tersebut lebih berkembang dan di hargai di luar negeri di bandingkan di tanah kelahirannya sendiri.Seperti pada contoh pertama dimana B.J habibie karyanya lebih banyak di hargai di luar negeri di bandingkan di Indonesia yang karyanya Cuma 2 jenis pesawat.Sedangkan pada contoh kedua adalah seorang anak bangsa yang mati-matian membuat mobil yang inovativ malah di plagiat oleh pemerintahnya sendiri tanpa seizin pembuatnya.Dari sana saya bisa mengambil kesimpulan bahwa pemerintah Indonesia kurang menghargai karya anak bangsa.Pemerintah Cuma tahu bagaimana bisa mendapatkan uang dari karya tersebut.Tanpa mengetahui bagaimana jerih payah sang pembuatnya dan pemerintah Indonesia lebih tahu “JADI” tanpa mengetahui bagaimana proses pembuatannya dan bagaimana seseorang berjerih payah untuk mebuat karya tersebut.
Sekarang ini banyak mahasiswa Indonesia yang lebih bersinar namanya di luar negeri di bandingkan di Indonesia.Salah satu contohnya seperti kita ketahui bersama banyak mahasiswa Indonesia bersprestasi yang bersekolah di Singapura bukan dengan beasiswa dari Indonesia tetapi dari pemerintah Singapura.Dari sini kita bisa megambil kesimpulan kecil bahwa pemerintah Indonesia kurang menghargai mahasiwa yang berpestasi.Apalagi karya-karya mahasiwa tersebut pemerintah Indonesia kurang menghargainya dan mendukung secara material.Malah kebayakan yang membiayai penelitian bagi mahasiswa yang berasal dari Indonesia bukan dari pemerintah Indonesia tetapi dari luar negeri.Tapi ketika hasil penelitianya tersebar di media masa internasional baru pemerintah Indonesia mengklaim bahwa yang mendukung segala penelitian yang di adakan mahasiswa tersebut selama ini adalah pemerintah Indonesia.Dari sini saya bisa mengambil sedikit pencerahan bahwa kadang-kadang pemerintah Indonesia cuma numpang tenar.
 Meskipun demikian beberapa terobosan yang dilakukan pemerintah saat ini di tingkat SMU seperti dengan di adakannya beberapa contohnya lomba Karya Ilmiah Remaja d.Hal-hal seperti ini dapat kita ketahui bahwa perhatian pemerintah terhadap penelitian-penelitian anak bangsa mulai terasa.Tetapi saya berharap perhatian pemerintah Indonesia  jangan hanya bertahan sampai di tingkat SMU.Tetapi di tingkat Universitas.

1 komentar:

  1. Semoga aparat pemerintah dapat mengoptimalkan kinerjanya dalam bidang seperti ini ya.

    Salam wisata

    BalasHapus